Sabtu, 13 November 2010

epidemiological investigation

Penyelidikan epidemiologi



Malaria

      Penyakit malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis dan subtropis. Penyakit tersebut semula banyak ditemukan di daerah rawa-rawa dan dikira disebabkan oleh udara rawa yang buruk, sehingga dikenal sebagai malaria (mal = jelek; aria=udara).


A. Penyebab Penyakit Malaria
1.Penyakit malaria disebabkan oleh bibit penyakit yang hidup di dalam darah manusia. Bibit penyakit tersebut  termasuk binatang bersel satu, tergolong amuba yang disebut Plasmodium.
2.Ada empat macam plasmodium yang menyebabkan malaria:
3.Falciparum, penyebab penyakit malaria tropika. Jenis malaria ini bisa menimbulkan kematian.
4.Vivax, penyebab malaria tersiana. Penyakit ini sukar disembuhkan dan sulit kambuh.
5.Malariae, penyebab malaria quartana. Di Indonesia penyakit ini tidak banyak ditemukan.
6.Ovale, penyebab penyakit malaria Ovale. Tidak terdapat di Indonesia.
7.Kerja plasmodium adalah merusak sel-sel darah merah. Dengan perantara nyamuk anopheles, plasodium    masuk ke dalam darah manusian dan berkembang biak dengan membelah diri.


B. Penularan dan Penyebaran Penyakit Malaria
1.Penularan penyakit malaria dari orang yang sakit kepada orang sehat, sebagian besar melalui gigitan              nyamuk. Bibit penyakit malaria dalam darah manusia dapat terhisap oleh nyamuk, berkembang biak di dalam tubuh nyamuk, dan ditularkan kembali kepada orang sehat yang digigit nyamuk tersebut.
2.Jenis-jenis vektor (perantara) malaria yaitu:
3.Anopheles Sundaicus, nyamuk perantara malaria di daerah pantai.
4.Anopheles Aconitus, nyamuk perantara malaria daerah persawahan.
5.Anopheles Maculatus, nyamuk perantara malaria daerah perkebunan, kehutanan dan pegunungan.
6.Penularan yang lain adalah melalu transfusi darah. Namun kemungkinannya sangat kecil.


C. Tanda-tanda penyakit malaria
1.Dimulai dengan dingin dan sering sakit kepala. Penderita menggigil atau gemetar selama 15 menit sampai satu jam.
2.Dingin diikuti demam dengan suhu 40 derajat atau lebih. Penderita lemah, kulitnya kemerahan dan menggigau. Demam berakhir serelah beberapa jam.
3.Penderita mulai berkeringat dan suhunya menurun. Setelah serangan itu berakhir, penderita merasa lemah tetapi keadaannya tidak mengkhawatirkan.


D. Bahaya penyakit malaria:
1.Rasa sakit yang ditimbulkan sangat menyiksa si penderita
2.Tubuh yang sangat lemah, sehingga tidak dapat bekerja seperti biasa
3.Dapat menimbulkan kematian pada anak-anak dan bayi
4.Perkembangan otak bisa terganggu pada anak-anak dan bayi, sehingga menyebabkan kebodohan.


E. Tindakan-tindakan Pencegahan:
1.Usahakan tidur dengan kelambu, memberi kawat kasa, memakai obat nyamuk bakar, menyemprot ruang tidur, dan tindakan lain untuk mencegah nyamuk berkembang di rumah.
2.Usaha pengobatan pencegahan secara berkala, terutama di daerah endemis malaria.
3.Menjaga kebersihan lingkungan dengan membersihkan ruang tidur, semak-semak sekitar rumah, genangan air, dan kandang-kandang ternak.
4.Memperbanyak jumlah ternak seperti sapi, kerbau, kambing, kelinci dengan menempatkan mereka di luar rumah di dekat tempat nyamuk bertelur.
5.Memelihara ikan pada air yang tergenang, seperti kolam, sawah dan parit. Atau dengan memberi sedikit minyak pada air yang tergenang.
6.Menanam padi secara serempak atau diselingi dengan tanaman kering atau pengeringan sawah secara berkala
7.Menyemprot rumah dengan DDT.


F. Tindakan dan Pengobatan:
1.Memutus rantai penularan dengan memilih mata rantai yang paling lemah. Mata rantai tersebut adalah penderita dan nyamuk malaria.
2.Seluruh penderita yang memiliki tanda-tanda malaria diberi pengobatan pendahuluan dengan tujuan untuk menghilangkan rasa sakit dan mencegah penularan selama 10 hari.
3.Bagi penderita yang dinyatakan positif menderita malaria setelah diuji di laboratorium, akan diberi pengobatan secara sempurna.
4.Bagi orang-orang yang akan masuk ke daerah endemis malaria seperti para calon transmigran, perlu diberi obat pencegahan.





TB PARU (TUBERCULOSIS)

       Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia.
Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru.
A. Penyebab Penyakit TBC
Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP).


B. Cara Penularan Penyakit TBC
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.
Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.
Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC.
Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.


C. Gejala Penyakit TBC
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.

Gejala sistemik/umum
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
Penurunan nafsu makan dan berat badan.
Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

Gejala khusus
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.


D. Penegakan Diagnosis
Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah:
Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.
Pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).
Pemeriksaan patologi anatomi (PA).
Rontgen dada (thorax photo).
Uji tuberkulin.
Obat untuk TBC berbentuk paket selama 6 bulan yang  harus  dimakan setiap  hari tanpa terputus. Bila penderita berhenti ditengah pengobatan maka pengobatan harus diulang lagi dari awal, untuk itu maka dikenal istilah PMO (pengawas minum obat) yaitu adannya orang lain yang dikenal baik oleh penderita maupun petugas kesehatan (biasanya keluarga pasien) yang bertugas untuk menngawasi  dan memastikan penderita meminum obatnya secara teratur setiap hari. Pada 2 bulan pertama obat diminum setiap hari sedangkan pada 4 bulan berikutnya obat diminum selang sehari. Regimen yang ada antara lain : INH, Pirazinamid, Rifampicin, Ethambutol, Streptomisin.
Yang dapat anda lakukan:
Konsultasi ke dokter anda.
Minumlah obat anti tuberkulosa, sesuai nasihat dokter secara teratur, dan jangan menghentikan pengobatan tanpa sepengetahuan dokter, karena kan mendorong kuman jadi kebal terhadap pengobatan anti tuberkulosa. Biasanya penyembuhan paling cepat sekitar 6-9 bulan kalau minum obat secara teratur.
Makanlah makanan bergizi.
Menyederhanakan cara hidup sehari-hari agar tidak menyebabkan stres dan banyak istirahat terutama di tempat berventilasi baik.
Menghentikan merokok, bila anda perokok.





Campak

          Penyakit Campak (Rubeola, Campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak golongan Paramyxovirus.
Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya ruam kulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada.
Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi setiap 2-3 tahun, terutama pada anak-anak usia pra-sekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap penyakit ini.


A. Penyebab
Campak, rubeola, atau measles adalah penyakit infeksi yang sangat mudah menular atau infeksius sejak awal masa prodromal, yaitu kurang lebih 4 hari pertama sejak munculnya ruam. Campak disebabkan oleh paramiksovirus ( virus campak). Penularan terjadi melalui percikan ludah dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita campak (air borne disease). Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul.
Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun). Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah: - bayi berumur lebih dari 1 tahun - bayi yang tidak mendapatkan imunisasi - remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.


B. Gejala
Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa:
- Panas badan - nyeri tenggorokan
- hidung meler ( Coryza ) - batuk ( Cough ) - Bercak Koplik
- nyeri otot - mata merah ( conjuctivitis )
2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (bintik Koplik). Ruam (kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul 3-5 hari setelah timbulnya gejala diatas. Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam kemerahan yang mendatar) maupun papula (ruam kemerahan yang menonjol). Pada awalnya ruam tampak di wajah, yaitu di depan dan di bawah telinga serta di leher sebelah samping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam menyebar ke batang tubuh, lengan dan tungkai, sedangkan ruam di wajah mulai memudar.
Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas serta suhu tubuhnya mencapai 40° Celsius. 3-5 hari kemudian suhu tubuhnya turun, penderita mulai merasa baik dan ruam yang tersisa segera menghilang.
Demam, kecapaian, pilek, batuk dan mata yang radang dan merah selama beberapa hari diikuti dengan ruam jerawat merah yang mulai pada muka dan merebak ke tubuh dan ada selama 4 hari hingga 7 hari.


C. Pencegahan
Vaksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak. Vaksin biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman (vaksin MMR/mumps, measles, rubella), disuntikkan pada otot paha atau lengan atas. Jika hanya mengandung campak, vaksin dibeirkan pada umur 9 bulan. Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun. selain itu penderita juga harus disarankan untuk istirahat minimal 10 hari dan makan makanan yang bergizi agar kekebalan tubuh meningkat.


D.Pengobatan
Tidak ada pengobatan khusus untuk campak. Anak sebaiknya menjalani tirah baring. Untuk menurunkan demam, diberikan asetaminofen atau ibuprofen. Jika terjadi infeksi bakteri, maka baiknya diberikan antibiotik.







KEMATIAN IBU

        Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indicator yang digunakan sebagai indeks pembangunan kesehatan, indicator kesejahteraan rakyat atau kualitas pembangunan manusia. Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Ada beberapa pendapat mengenai batasan kematian ibu. Batasan yang sering di pakai adalah yang sesuai dengan FIGO 1973, yitu kematian setiap wanita sewaktu dalam kehamilan persalinan, dan nifas sampai batas waktu 42 hari setelah persalinan, tidak tergantung dengan umur dan tempat kehamilan serta tindakan yang di lakukan untuk mengakhiri kehamilan tersebut dan bukan di sebabkan oleh karena kecelakaan.
Kematian ibu di bagikan dua kelompok, yaitu :

1. Kematian Langsung
Yaitu kematian ibu yang langsung di sebabkan oleh penyulit obstetri pada masa kehamilan, persalinan, dan nifas, atau kematian yang disebabkan oleh suatu tindakan, tau berbagi hal yang terjadi akibat tindakan tersebut yang di lakukan selama kehamilan, persalinan, dan nifas.

2. Kematian Tidak Langsung
Yaitu kematian ibu yang disebabkan oleh suatu penyakit, yang bukan komplikasi obstetric, yang berkembang atau bertambah berat akibat kehamilan atau persalinan.


A. Penyebab
Penyebab kematian ibu merupakan suatu hal yang cukup kompleks, yang dapat digolongkan dalam factor-faktorsebagai berikut :
a. Reproduksi
b. Komplikasi Obstetri
c. Pelayanan Kesehatan, dan
d. Sosioekonomi


B. Solusi
Di Indonesia, untuk menuirunkan ngka kematian ibu menggunakan pendekatan baru yang lebih terfokus pada kegiatan prioritas yang cost effective (key message of makingpregnancy safer), yaitu:
a. Setiap kehamilan harus di inginkn
b. Setiap persalinan harus di tolong olehtenaga kesehatan yang terlatih
c. Setiap komplikasi harus memperoleh pertolongan
AKI adalah jumlah kematian ibu yang di perhitungkan terhadap setiap 100.000 kelahiran hidup atau satu tahun. AKI merupakan tolak ukur untuk menilai keberhasilan pelayanan obstetric pada ibu hamil di suatu Negara. Hasil SDKI tahun 1997, AKI di Indonesia adalah 334 per 100.000 kelahiran hidup, di mana angka kelahiran ini masih cukup besar jika di bandingkan dengan kematianibu di Negara-negara Asia Tenggara.



Lahir mati
       Lahir mati membawa maksud kematian janin di antara minggu ke 20 kehamilan (bulan ke 5) sehingga kelahiran.


A. Penyebab
Kecacatan kelahiran - biasanya berpunca daripada struktur atau kecacatan kromosom.
• Tali pusat terjatuh (prolaps), iaitu apabila tali pusat terkeluar dari faraj terlebih dahulu sebelum bayi. Ini menghalang pengaliran darah dan oksigen.
• Masalah uri (plasenta)
o Pemisahan uri dari dinding rahim (uterus). Bayi tidak mungkin dapat hidup sekiranya uri telah terpisah dari tempat implantasinya.
o Implantasi uri di bahagain pangkal rahim/bahagian bawah rahim atau serviks. Keadaan ini dipanggil plasenta previa. Sekiranya keadaan ini tidak dikesan di peringkat awal, ia boleh menggagalkan peluang bayi untuk hidup dan pendarahan yang serius mungkin berlaku.
• Keadaan kesihatan ibu mengandung sebelum dan juga semasa kehamilan seperti ibu mengidap diabetes (kencing manis) dan tekanan darah tinggi. Keadaan ini merupakan penyebab penting kejadian lahir mati dan masalah ini perlu dipantau sepanjang tempoh kehamilan.
• Masalah pada tali pusat
o tali pusat terpintal menyebabkan terganggunya pengaliran oksigen dan juga nutrien kepada bayi.
o tali pusat itu terbelit pada leher bayi, yang menjadikan bayi tercekik dan lemas apabila ia mula bergerak ke bahagian bawah
• Tiada punca yang dapat dikenalpasti (merupakan separuh dari kes lahir mati) tetapi kemungkinan besar disebabkan oleh jangkitan.



B .Faktor - faktor risiko
Berikut merupakan faktor yang telah dikenalpasti boleh meningkatkan risiko lahir mati:
• Merokok
• Pengambilan alkohol yang berlebihan
• Penyalahgunaan dadah seperti heroin dan kokain
• Obesiti/kegemukan
• Pernah mengalami kejadian lahir mati
• Wanita yang mengalami beberapa masalah kesihatan seperti diabetes, (terutamanya yang tidak terkawal) atau tekanan darah tinggi yang kronik (tekanan darah tinggi dan praeklampsia)
• Wanita yang telah berusia (pertengahan 30an dan lebih) - adalah lebih mudah untuk mengalami masalah kesihatan yang lain dan juga masalah pada uri
• Mengandung ketika remaja - lebih cenderong untuk mendapat masalah uri dan juga tekanan darah tinggi
• Jangkitan bakteria dan virus di kalangan ibu 


C. Insidens
Kadar kejadian lahir mati ialah 1 bagi setiap 200 kehamilan


D. Pencegahan
Lazimnya, lahir mati berlaku tanpa sebarang amaran, tetapi kadang-kala ia boleh dijangka dan dielakkan
• Penilaian ke atas janin dijalankan pada ibu-ibu yang berisiko tinggi terhadap masalah lahir mati - seperti ibu-ibu yang mempunyai masalah kesihatan (yang ada diabetes dan tekanan darah tinggi) terutama pada minggu terakhir kehamilan. Sekiranya semasa penilaian janin tersebut terdapatnya penemuan yang luar biasa, maka usaha untuk melahirkan bayi itu lebih awal mungkin dapat mengelakkan kejadian lahir mati.
• Bagi sesetengah kes terpecah uri atau abrubsi plasenta (placenta abrubtion), pembedahan kecemasan Caesarean mungkin dapat menyelamatkan nyawa.
• Carta pergerakan janin digunakan oleh para doktor untuk menjejak pergerakan janin dilakukan beberapa     kali dalam sehari, terutamanya selepas minggu ke 26 kehamilan. Sekiranya bayi itu kurang menendang atau bergerak dari biasa, penilaian lanjutan ke atas janin perlu dijalankan. Bagi sesetengah kes, sekiranya doktor dapati ada keabnormalan yang berlaku, maka aruhan kelahiran dengan menjalankan pembedahan Ceasarean mungkin dapat menyelamatkan keadaan.
• Jaga kesihatan diri anda dengan baik sebelum mengandung. Setelah mengandung, dapatkan penjagaan ibu mengandung seawal mungkin untuk memastikan keadaan b bayi anda sihat. Doktor akan menjalankan ujian saringan bagi mengesan sebarang jangkitan. Di samping itu, beliau akan mengkaji rekod kesihatan dan memastikan sebarang keadaan yang serius atau kronik telah dirawat dengan sewajarnya.